Arsip Kategori: Pengalaman

Menjemput Tanpa Berhasil Membawanya Pulang

“Tak perlu dengar kata mereka, teruslah berjalan” – Ariel, Noah Band

Suatu hari kami merencanakan perjalanan gila. Tidak serius, bahkan saya menanggapinya dengan guyonan sembari berpikir picik bahwa rencana tersebut tidak akan terwujud. Betapa tidak?Rencana ini begitu besar dan untuk meraihnya memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk ukuran kami yang biasa biasa. Lanjutkan membaca Menjemput Tanpa Berhasil Membawanya Pulang

Mimpi Bersamamu

Suatu ketika seorang anak di sekolah sepakbola berlatih menendang dengan benar. Suatu saat, dirinya berlatih mengoper dan menendang bola itu ke tempat yang jauh. Tiba saatnya baginya berbicara menganai taktik bermain sepakbola modern. Kemudian ada saatnya ia harus menentukan apakah akan terus bermain sepakbola atau mengambil jalan hidup lain. Yah belajar sepakbola adalah tahapan demi tahapan memang. Dari yang paling dasar, menuju bagian lain yang lebih rumit.

Apa yang tidak dipelajari seseorang di masa kecilnya, niscaya tidak akan dipelajarinya ketika ia sudah beranjak dewasa (Michael Dickhaeuser)

Sama seperti hidup. Kehidupan adalah proses belajar. Pada mulanya mendapati hal sederhana. Lalu berangsur meningkat menuju persoalan yang lebih kompleks dan selalu dengan pilihan pilihan sulit. Semua itu berjalan dengan alami dan dialami oleh semua orang. Kenyataannya, setiap orang akan berbeda ketika merefleksikan apa yang mereka pelajari dalam hidup.

Kaitannya dengan mimpi, proses belajar ini mempengaruhi mimpi yang seseorang ingin capai. Tahapan hidup menentukan karakter dan ketertarikan seseorang. Seseorang menjadi berbeda satu sama lain dalam hal mimpi. Sekaligus ambisi yang berbeda pula ketika ingin mewujudkan mimpi tersebut. Proses pembelajaran dalam hidup yang saya alami sejauh ini, menjadikan profesi jurnalis menjadi begitu menarik. Sejak lama saya memimpikan pekerjaan ini. Sejak lama pula saya meniti waktu untuk mewujudkannya. Sampai suatu hari jalan itu terbuka lebar. Jika saya mempertahankan, setidaknya dua hal akan tercapai. Membaktikan diri bagi tim sepakbola yang begitu saya banggakan dan merintis mimpi menjadi jurnalis.

Mimpi memang sangat indah jika terwujud. Jangankan terwujud, ketika mimpi itu sedang diproses untuk menjadi kenyataanpun kilaunya tetap mempesona. Bagi saya pribadi bermimpi bukan soal terwujud atau tidak terwujud, tetapi lebih sebagai penunjuk arah dan pendorong langkah agar lebih bergairah. Sifatnya yang fleksibel menjadikan mimpi kadang dikesampingkan untuk mencapai mimpi lain yang lebih penting.

Selain menjadi jurnalis dan membaktikan diri di tim sepakbola kebanggaan, mimpi saya yang lain adalah membahagiakan seseorang yang dengan segenap hati menemani hari lepas hari. Satu ini lebih besar artinya untuk sekedar mencapai mimpi pribadi. Cara terbaik untuk mewujudkannya yaitu dengan menyelesaikan yang saat ini menjadi prioritas, seperti skripsi kemudian mencari pekerjaan yang layak. Sehingga konsekuensi yang harus diambil adalah dengan undur diri sedikit dari hingar bingar mimpi yang pada awalnya saya dambakan.

Bukan hal mudah memang. Namun apalah arti mimpi pribadi terwujud jika seseorang yang telah memberikan dirinya tidak merasa bahagia karenanya. Ia mencurahkan tenaga dan pikiran di tempat yang begitu jauh. Tidak lain untuk melapangkan jalan menuju mimpi yang kami dambakan. Sebuah pengorbanan yang sulit ternilai.

Dua tahun bukan waktu yang lama untuk sebuah loncatan besar dalam hidup. Dua tahun adalah waktu yang singkat untuk belajar, berproses menjadi seorang yang layak menjadi pendamping hidup. Tidak ada kata terlalu dini untuk sebuah hal baik dan saya rasa inilah saatnya. Saat dimana harus ada harga yang dibayar untuk sebuah pencapaian besar. Mimpi yang saya rencanakan bersamanya akan menjadi pondasi, pondasi dari mimpi mimpi lain yang akan kami wujudkan suatu hari nanti.