Arsip Tag: Personal

Kepergianmu

Keputusan ini diambil seiring perbedaan yang begitu mencolok. Aku terkepung dengan perbedaan ini. Menjadi tak berani bermimpi. Bahkan sekedar menengadahkan kepalapun aku berpikir apa yang akan aku lihat dan alami ketika tengadah nanti. Sampai akhirnya keputusan ini diambil beserta segala konsekuensi yang menyakitkan, untuk hal lain yang aku percaya tepat.

Tua bareng waktu. Bersama ngadepin waktu sama kamu bikin aku gak takut sama apapun yang ada di depan.

Kemudian hari demi hari semakin cepat berlalu. Semakin cepat pula aku mengenal seseorang yang ternyata begitu peduli dengan apa yang saya minati. Memilihnya bukan tanpa pertimbangan. Dia adalah sosok yang paham dengan apa yang saya butuhkan, yang mengerti tugas dan tanggungjawabnya sebagai perempuan di tengah keluarganya, mandiri, mau prihatin dengan segala kondisi dan yang utama adalah dia mau bekerja keras.

Bukan hanya karena sosoknya saja yang membuat aku kagum. Keluarganya juga menjadi elemen penting sehingga menjadi kesatuan utuh antara dia dan keluarganya. Keluargaku pribadi adalah sekumpulan manusia cuek yang kurang peduli satu sama lain, terutama sepupu antar sepupu atau ponakan dengan om atau tantenya. Namun disana, aku belajar mengenai bagaimana seharusnya keluarga besar itu. Saling telfon, menanyakan kabar pada ponakan, ngobrol panjang lebar sampai tengah malam menjadi hal biasa di tempat mereka dan aku tidak menemukan kedekatan ini sebelumnya. Aku merasakan kepedulian yang lebih dari mereka.  Mereka memperlakukanku seperti anak sendiri yang ibarat tidur dipersilahkan, makan juga disiapkan. Mereka begitu baik, aku belum pernah mendapat perlakuan seperti ini.

Suatu kali ada acara di rumahnya, acara khitan adiknya yang terakhir. Saat itu belum terlalu siap dengan kedekatan seperti ini, namun karena sikap yang begitu welcome dari keluarganya maka menjadikan momen ini menjadi momen spektakuler, aku merasa telah menjadi bagian dari mereka. Begitu dekat, sangat dekat.

Proses pengenalan ini berlangsung begitu cepat seperti cahaya senter sampai ketembok begitu tombol on kita tekan. Sampai pada akhirnya aku mampu mengenal baik keluarga besarnya.

Suatu siang ketika kami baru pulang dari jogja matahari begitu terik menyinari halaman rumahnya yang cukup luas. Kami duduk di ruang terbuka yang terletak di depan rumahnya. Tanpa aku minta, ia menawarkan untuk membuatkan mie rebus. Aku yakin ia seperti itu karena tau bahwa uangku memang udah habis. Namun lebih jauh dari itu adalah sudah menjadi tanggungjawab perempuan untuk memberikan yang terbaik bagi laki-laki, itu yang pernah dia katakan , yang sebelumnya ia pelajari dari eyangnya.

Selalu aku ingat adalah saat ketika ia membuatkan minum dan membawakanku makan siang ketika dirinya benar-benar sibuk. Disaat waktu sibuknya sekalipun, dia tidak melupakan hal seperti ini.

Banyak yang ingin aku ceritakan ke kamu lewat tulisan ini. Namun ketahuilah bahwa Tuhan mempertemukan kita bukan karena kebetulan. Rancangan ini sudah Ia siapkan jauh hari. Ia  menyiapkan rencana indah ini bahkan jauh sebelum orangtua kita masing-masing dipertemukan. Cukuplah beberapa bulan ini menjadi batu loncatan untuk kita semakin yakin bahwa ini memang yang harus kita jalani dengan sungguh, sampai akhirnya nanti kamu pulang lalu kita susun kembali rencana yang sebelumnya telah kita bicarakan.

Hari itu selasa, 9 Oktober 2012, ketika kamu berangkat ke jepang malam hari. Perasaanku entah berbentuk apa saat itu. Tapi keteguhan hatimu, tekatmu yang begitu besar telah meyakinkanku bahwa 3 tahun adalah bukan waktu yang lama. Masa depan kita dimulai saat ini. Saat kamu pergi ke Jepang untuk bekerja dan aku harus melanjutkanr studi di Indonesia. Pecah butiran air mata malam itu, sembab mataku mengiri kepergianmu, aku berdiri di balik kaca ruang pandang bandara bersama keluargamu yang lain. Tubuhmu berjalan dari kejauhan, melambaikan tangan dan aku melihatnya dibalik kaca. Seperti ikan dalam akuarium akupun ingin sekali keluar dan sekali lagi memelukmu sebelum kamu benar-benar pergi.

Gambar

Tubuhku berdiri kaku sembari melihat pesawat yang bergerak pelan mencari posisi bersiap terbang. Hati ini semakin lunak dan tak kuat rasanya menahan cucuran air mata yang turun begitu cepat dari kelopak mata. Tubuhku berdiri memang saat itu, namun jiwaku seakan duduk bersandar ditembok ruang sempit itu meratapi kepergianmu.

Aku berdoa supaya kamu sehat di tempat yang jauh, tempat yang konon bernama Jepang, di distrik Mie, entah tempat apa itu, tempat yang menjadi cita-citamu sejak dulu, namun keyakinan ini berkata bahwa Tuhan akan senantiasa besertamu disetiap aktivitasmu.

Saat ini, ketika aku menulis tulisan ini, Rilus telfon. Ia bilang ga ada jemputan. Aku akan bernostalgia dengan tempat dimana kamu tertidur setiap hari, memasak masakan yang kamu suka, menghabiskan waktu bersama shiro dan keluarga. Sebentar lagi aku akan melihat bayangan itu kembali sayang.

Malam ini akhirnya aku bisa melihatmu kembali tersenyum, memakai jaket dari ibuku yang juga begitu berharap kamu dalam kondisi baik di tempat itu.

Aku pamit. Aku baik saja disini. Semoga disana kesehatan selalu mengiringi harimu.

Aku kangen kamu, Bernadeta Iska Dewi.